Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Cerita Mini yang Berjudul Bos Beras

Contoh Cerita Mini yang Berjudul Bos Beras


Selamat datang di Coretan Karya,Teman-Teman. Kali ini kami memberikan contoh teks cermin atau cerita mini yang berjudul Bos Beras. Selamat menikmati. Oh, ya, jangan lupa dishare juga, ya. Terima kasih banyak.

****

Dukin terus mengamati layar komputer di depannya. Sesekali bos beras itu mengecek ponsel, membalas pesan para pendistribusi beras dan supir truk beras untuk sedekah. Hari ini ada beberapa truk yang akan mengambil beras darinya. Tersisa satu truk yang belum datang. Matahari mulai meredup . Truk milik Sarwo belum juga tampak. Hingga azan magrib hampir tiba. 

“Kamu ini, Wo. Kebiasaan mau azan Magrib baru datang. Aku udah mau tutup tahu. Ya, sudah kamu ambil saja, ya. Aku mau siap-siap salat Magrib dulu,” celoteh Dukin setelah kedatangan Sarwo.

“Baik, Pak Haji.” Sarwo segera mengusung beras satu demi satu karung ke dalam bak truknya. Seperti biasa dia tak membawa teman untuk membantu. Menurutnya sendiri akan lebih baik.

Dukin beranjak dari kursinya, lalu membenarkan posisi sarung sebelum berlalu menyisakan Sarwo. Dukin melaksanakan salat Magrib di rumahnya yang berposisi berada di sebelah toko beras alias tidak berjemaah ke masjid. Supaya setelah salat dia bisa segera menutup toko. 

“Pak Haji, sudah, ya. Terima kasih!” teriak Sarwo saat mengetahui Dukin sudah keluar rumah.

“Oke. Hati-hati, Wo.” Tangan Dukin melambai tanda selamat tinggal.

***

Suara ayam jantan bersahutan. Dukin sudah berada di toko berasnya. Setiap akhir bulan, Dukin selalu mengecek bagian keluar masuk barang di tokonya seperti pagi ini. Sekarung beras hilang. Sudah dua bulan kemarin saat dia memeriksa satu sak hilang. Namun, dia pikir mungkin dia yang kurang teliti. Jadi, dibiarkan begitu saja. Kali ini lelaki tambun itu harus menilik siapa si pencuri beras itu.

“Bagaimana ini? Masak setiap bulan satu karung beras hilang. Tidak bisa dibiarkan ini.” Dukin bermonolog sembari beranjak dari kursi. 

Dukin murka. Semua karyawan dipanggil. Kedua tangannya mengepal. Rahangnya mengeras. Kalau Dukin sudah marah, tak ada yang berani menatapnya. Ngeri. Kegeraman Dukin bertambah karena tak ada satu pun karyawan yang bisa menjelaskan. Hingga dia ingat tentang Sarwo. Sarwo kerap mengambil karung beras sendiri karena karyawan sudah pulang semua. Dukin pun memanggil Sarwo.

“Wo, ini maaf aja, ya. Aku langsung pada intinya,” ujar Dukin setelah Sarwo hadir ke tokonya.

“Iya, Pak Haji. Ada apa?” tanya Sarwo.

Baca juga: Cerita Pendek tentang Kehidupan yang Berjudul Wanita Pencinta Bau Melati

“Kamu mengambil beras di gudang tak sesuai yang kamu beli, ya?”

Sarwo tak langsung menjawab. Dia tampak seperti berpikir. Sejenak kemudian dia buka mulut.

“Sebelumnya mohon maaf, Pak Haji. Yang saya tahu selama ini Pak Haji memang banyak bersedekah beras ke mana-mana. Sedangkan, ada tetangga Pak Haji yang miskin tak bisa beli beras. Itu Mbah Kidi yang sudah tak punya kerabat. Kasihan dia Pak Haji.” Sarwo menjelaskan sembari sesekali mengusap air mata yang menitik di pipi.

“Saya terpaksa harus mengambil beras Pak Haji karena gaji saya sendiri belum cukup untuk keluarga saya.”

Dukin terperanjat. Astagfirullah. Kemarahannya tiba-tiba turun drastis. Kakinya lemas bak tak bertulang. Dia terduduk di lantai.

***


Karya: Zahra Wardah

Ilustrasi: pixabay.com