Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cernak: Cita-Cita Naya


Polisi Kecil

     Naya terkejut saat tiba-tiba ada seorang lelaki pengendara motor mematikan motor di depannya. Lelaki itu menawarkan permen kepada Naya. Seketika Naya pun ingat pesan ibunya supaya tidak menerima barang sembarangan dari orang yang belum dikenal. Melihat orang yang memberikan permen itu asing, Naya menggelengkan kepalanya. Lelaki itu memaksa Naya untuk mengambil permen yang sudah berada di tangannya.

    “Tidak. Terima kasih, Om. Saya pamit dulu.” 

    Naya lari dengan sekuat tenaga, ternyata orang itu mengejarnya sampai ke mana pun Naya lari. Naya semakin yakin kalau orang itu adalah orang jahat yang akan menculiknya. Semakin kencang Naya berlari, semakin kencang pula lelaki itu mengejar Naya. Sampai akhirnya kakinya tersandung oleh batu besar yang tak terlihat olehnya tadi. 

    “Aduh!” pekik Naya.

    Dia meminta tolong dan berteriak, tetapi tak ada satu pun orang di sana. Sampai lelaki itu berada di hadapan Naya yang masih terduduk kesakitan. 

    “Jangan! Jangan culik saya! Jangan!” teriak Naya. Mata Naya memejam dengan tangan ditutupkan ke wajahnya. Dia sangat ketakutan.

    “Naya! Naya! Bangun!” 

    Tubuh Naya terasa terguncang. Dia mendengar suara ibunya yang memanggil-manggil namanya. Tak lama kemudian, mata Naya terbuka perlahan. Pertama kali yang Naya lihat adalah ibunya. Seketika Naya memeluk Bu Risma yang tak kalah khawatir.

    “Ada apa, Sayang? Kamu mimpi apa?” tanya Bu Risma.

    “Aku mimpi dikejar penculik, Bu. Takut,” jawab Naya dengan mengeluarkan air mata. Dia menangis sesenggukan di pelukan ibunya.

    “Sudah tenang aja. Itu kan hanya mimpi. Lagian ada Ibu di sini.” Bu Risma menenangkan putrinya.

***

    Pagi ini cerah sekali. Naya sudah siap ke sekolah. Dia mengenakan seragam TK dengan kedua rambut diikat. Naya sangat bersemangat. Dia lekas masuk kelas, seusai ayahnya mengantarkan sampai ke halaman sekolah. Beberapa saat setelah Naya masuk ke kelas, bunyi bel masuk terdengar. Semua anak-anak masuk ke kelas masing-masing. 

    “Assalamualaikum,” ucap Bu Riri selepas memasuki kelas Naya. 

    “Waalaikumussalam wa rohmatullahi wa barokatuh.” Serempak Naya dan teman sekelasnya menjawab serentak salam dari gurunya.

    Bu Riri memulai pelajaran hari itu dengan menanyakan kabar murid-muridnya. Lantas, beliau mulai bercerita tentang berbagai macam profesi. Di antaranya ada polisi, guru, dokter, dan lain sebagainya.

    Naya sangat antusias, terutama saat penjelasan tentang polisi. Dia sangat tertarik. Ingin sekali Naya menjadi polisi yang selalu siap memberantas orang-orang jahat di muka bumi. Tiba-tiba dia teringat kembali dengan mimpinya. 

    “Mungkin kalau besok aku jadi polisi, aku bisa menangkap semua orang yang menculik anak-anak kecil,” lirihnya.

    Jam pulang pun telah tiba. Ibu Naya sudah menjemput Naya di halaman sekolah. Naya pun keluar dengan senyum lebar kala melihat ibunya sudah berada di sekolahnya, lalu berlari mendekati Bu Risma.

    “Bagaimana sekolahmu hari ini, Sayang?” tanya Bu Risma.

    “Aku sangat senang sekali, Bu.”

    “Oh, ya, bolehkah Naya besok kalau sudah besar menjadi polisi?” lanjut Naya setelah motor ibunya mulai melaju sedang.

Baca juga: Cerbung: Wanita Malam dari Desa (Bab 2)

    “Tentu, dong. Ibu yakin kalau kamu belajar dengan rajin, disiplin, dan sungguh-sungguh, insyaallah cita-citamu menjadi polisi terwujud. Aamiin. Ibu bangga sama Naya.” Ibu Risma memberi semangat kepada Naya. 

    Naya yang duduk di belakang ibunya pun senang. Dalam hati dia akan bersungguh-sungguh untuk menjadi polisi. Tak sadar akhirnya Naya dan Bu Risma telah sampai di depan rumah. Setelah turun dari motor, Naya segera masuk rumah dan mengganti bajunya. Sesuai perintah ibunya. Dia ingat tadi kata Bu Riri di sekolah, salah satu cara supaya cita-cita berhasil adalah mengikuti arahan kedua orang tua.

***


Karya: Zahra Wardah

Sumber gambar: pinterest.com