Puisi tentang Kehidupan dan Alam
SUARA REMBULAN
Pasang surut air wajah penuh warna
Bermain dengan rembulan
Dia bercerita
Menyentuh ruang dengar
Tentang peliknya malam tanpa sang surya
Tentang dalam diam dia menikam
Sejak para pemburu amal beraksi
Di antara penghuni alam merajut asa
Mendekat pada Tuhannya
Suara rembulan mengadu di tengah hitam lekat
Berkusu-kusu
Menyelam dalam kegundahan
Mengarungi mangsa hingga menjelma pagi
Di tengah embun yang masih basah
Riau, 17 Oktober 2022
RENUNGAN
Menatapi hamparan padi menghijau
Tetap tumbuh bersama rindu
Selalu memuji keagungan Tuhan
Dalam butiran rosario suci
Hingga pergantian musim
Bagaimanakah hidup?
Akankah selalu berjalan membelah angin?
Menyibak di antara semaknya hati
Sedangkan, diri tak pantas menikmati
Keabadian yang bersih
Yang telah diceritakan sejak Nabi Adam As.
Secangkir kopi menjadi saksi
Dalam renungan ini
Atma sakit di gubuk sepi
Riau, 17 Oktober 2022
SUDUT BIBIR
Kerap lengkungan itu menyayat
Membentuk gelembung nista
Bahkan, membuat karma
Hanya istigfar penghapus semua
Meski begitu adanya
Dengan itu jua jalan menuju surga
Adakala dari sudut bibir itu
Menguar rasa cinta dan kagum
Terbungkam oleh sang pemelajar
Yang ilmunya disebar untuk alam semesta
Lengkungan sudut bibir terkadang menjelma
Berusaha akting bak para aktor hebat
Riau, 17 Oktober 2022
Baca juga: Cerbung Wanita Malam dari Desa (Bab 6)
DESA PENERANG
Sebuah desa yang masih asri
Penduduknya pun ramah
Sulang masih tampak di setiap rumah-rumah
Sungguh penampakan yang nadir
Bagi penduduk kota
Bak penerang di tengah zaman metropolitan
Menyajikan lansekap apik setiap netra
Hingga limbah sumpah serapah dan janji mengalir
Menodai kesuciannya
Kini, di manakah desa itu?
Apakah tertelan oleh pemangsa harta?
Riau, 18 Oktober 2022
Karya: Zahra Wardah
Ilustrasi: pixabay.com