Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Anak Pendek Berjudul Tetangga Baru

Cerita Anak Pendek Berjudul Tetangga Baru


Ayumi menangis tersedu-sedu saat ponsel di tangannya diambil oleh Bunda. Dia merengek. Padahal sebelumnya Bunda sudah memperingatkan supaya salat Asar terlebih dahulu. Akan tetapi, tidak diindahkan oleh Ayumi. Hingga beberapa saat, tiba-tiba ada suara salam dari luar. Ayumi dan Bunda pun terdiam sejenak sambil memandang ke pintu, memastikan suara yang baru saja mereka dengar.

“Waalaikumussalam.” Bunda menyahut dari dalam, lalu beranjak membukakan pintu.

Begitu juga Ayumi mengekor Bunda di belakang. Dia sudah lupa dengan ponselnya. Rasa penasarannya tinggi. Ingin melihat tamu yang datang. Suara salam yang dia dengar tadi sepertinya asing. 

“Perkenalkan saya Bu Dini. Ini anak saya Siska. Kami baru saja pindah di rumah sebelah. Ini ada sedikit makanan ringan untuk Ibu.” Bu Dini menyerahkan tiga kardus kecil berisi jenang dengan tersenyum lebar.

“Wah. Terima kasih banyak, Bu Dini. Saya Bunda Naura, panggil saja saya Bunda. Ini anak saya Ayumi. Mari, silakan masuk dulu.” 

Bunda masuk setelah memastikan Bu Dini dan Siska duduk dengan nyaman. Sementara itu, Ayumi masih saja mengekor Bunda ke dapur. Yang terpenting sekarang Ayumi tidak merengek meminta ponsel lagi, pikir Bunda. Di dapur Bunda menyiapkan minuman dan makanan ringan untuk tamunya itu. 

“Ye, nanti Ayumi punya teman baru.” Ayumi sangat senang sekali. Sebentar lagi dia punya teman bermain. Tidak seperti biasanya yang kesepian. Kebetulan di kompleks perumahan Ayumi tidak ada anak-anak yang seusia dengannya.

Bunda memberi isyarat dengan tangan telunjuknya supaya suara Ayumi tidak keras-keras. 

Tidak lama kemudian, Ayumi dan Bunda keluar lagi. “Silakan diminum teh hangatnya.”

Bu Dini pun mengangguk pelan, kemudian meminum sedikit teh hangat buatan Bunda. Begitu juga Siska. “Oh, ya, Ayumi kelas berapa, Bun?” 

“Ayumi baru masuk kelas satu.”

“Sama, dong, dengan Siska.” Siska dengan semangat ikut menimbrung. 

Sementara Bu Dini dan Bunda berbincang, Ayumi dan Siska bermain di boneka di kamar Ayumi. Mereka senang sekali mendapatkan teman baru. 

***

“Bun, Ayumi ke rumah Siska, ya.” Ayumi pamit ke Bunda setelah baru saja pulang dari sekolah.

“Ganti baju dulu, lalu makan. Setelah itu baru boleh main!” teriak Ibu dari dapur.

“Siap.” 

Ayumi segera masuk ke kamar, ganti baju. Kemudian, lari ke ruang makan. Di meja sudah ada sayur bayam, tempe goreng, sambal, dan goreng ikan nila. Itu semua kesukaan Ayumi. Baru lihat saja, Ayumi sudah senang. Ingin segera dilahap semuanya kalau bisa.

“Bun, enak makanannya,” kata Ayumi dengan mulut yang masih mengunyah.

“Alhamdulillah kalau begitu. Ya, sudah makannya jangan sambil ngomong. Nikmati saja dengan tenang.”

Ayumi mengangguk. Belum sampai sepuluh menit. Nasi beserta lauk di piringnya habis. 

“Enak banget, Bun.” Ayumi mengelap mulutnya setelah meminum air putih.

Setelah mencuci piring dan tangannya, Ayumi lekas melesat ke rumah teman barunya. Hanya beberapa langkah saja dari rumah Ayumi. Ternyata Ayumi sudah ditunggu dan disambut Siska dengan senang hati. Mereka langsung ke ruangan favorit Siska. Begitu masuk ruangan itu, Ayumi takjub. Di sana banyak sekali buku-buku. 

“Ini buku ayah dan ibuku, sebelah sini khusus bukuku.” Siska menjelaskan sambil berjalan di antara rak-rak buku. 

Mereka berdua pun di sana. Membaca buku-buku Siska. Banyak sekali cerita seru. Ternyata membaca itu menyenangkan. Hingga berjam-jam mereka betah di sana. Akhirnya Ayumi pun pamit. Asyik sekali punya tetangga baru seperti Siska. Ayumi berencana besok-besok main lagi ke sana.

“Bun, Bun. Di rumah Siska tadi banyak buku-buku bagus dan seru, loh!” seru Ayumi sesaat setelah pulang dari rumah Siska.

“Benarkah? Emangnya tadi Ayumi ikut baca bukunya?”

“Iya, Bun. Oh, ya, Ayumi mandi dulu, ya. Sudah sore.” Ayumi melesat ke kamar mandi.

Bunda senang sekali melihat Ayumi. Siska telah sedikit mengubah Ayumi. Ayumi sudah tidak ketagihan lagi dengan ponsel. Dia lebih suka bermain dan membaca buku dengan Siska. Bunda pun memberitahukan hal itu kepada ayah Ayumi. Respons Ayah juga seperti Bunda.

***

Hari Minggu yang cerah. Semua orang di libur di rumah, termasuk Ayah dan Ayumi. Setelah sarapan Ayah mengajak Ayumi dan Bunda keluar.

“Ye! Kita jalan-jalan.” Ayumi gembira sekali.

“Emang kita mau ke mana, Yah?” sambung Ayumi.

“Ada, deh. Ayok, kita siap-siap,” balas Ayah.

Bunda, Ayah, dan Ayumi beranjak. Sesuai perintah Ayah, Ayumi segera bersiap diri. Begitu juga dengan Ayah dan Bunda. Beberapa saat kemudian, Ayumi sudah siap.

“Ayah, Bunda. Ayok, cepat!” teriak Ayumi dari luar rumah. Dia sudah tidak sabar.

Baca juga: Puisi tentang Kehidupan dan Alam

“Iya, sabar, Sayang.” Bunda menyahut dari dalam.

Tidak lama, Ayah dan Bunda keluar beriringan. Mereka mengendarai mobil yang disopir oleh Ayah sendiri. Tiba di gedung dengan bertuliskan “Perpustakaan Wilayah” mobil Ayah diparkir.

“Kita ke perpustakaan, Yah?” tanya Ayumi.

“Iya, yok, masuk. Di sana banyak sekali buku-buku keren,” jawab Ayah.

“Wah! Oke aku mau lihat.” Ayumi antusias. Kini Ayumi senang sekali membaca.

Ayumi berjalan di depan, memasuki perpustakaan wilayah. Gedungnya besar sekali. Pasti di dalam sana banyak sekali buku-buku keren. Ayumi melihat-lihat buku bagian anak-anak. Ada dua buku yang diambil untuk dibacanya nanti di kursi yang sudah tersedia di sana. 

Sementara itu, Ayah dan Bunda saling menatap kagum pada perubahan Ayumi. Akhir-akhir ini Ayumi sudah tidak lagi main ponsel seperti biasanya. Alhamdulillah. Terbukti kegiatan membaca lebih menarik perhatian Ayumi. Ayah pun memberi Ayumi hadiah beberapa buku keren cerita bergambar. Ayumi berterima kasih dan sangat bahagia. 

***


Karya: Zahra Wardah

Ilustrasi: pixabay